By Muhammad Ibnu Sahroji. 1 Desember 2020. 533. BincangSyariah.Com – Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim al Mahalli al Syafi’i atau yang lebih dikenal dengan Jalaluddin al-Mahalli. Kata al-Mahalli sendiri dinisbatkan pada kampung kelahirannya, yakni al-Mahalla al-Kubra yang terletak di sebelah barat Kairo, Mesir.
Abdurahmanibn Mahdy berkata,” tidak ada seorang alim tentang sunnah di Syam melainkan al Auza’iy”. Huqal berkata,” al Auza’iy telah menjawab 1000 masalah dari
BIOGRAFI PARA PENULIS HADIS DAN KARYA-KARYANYA. by Muhammad Robi'ul Ula. 2022. Sumber ajaran Islam yang utama adalah al-Qur’an dan hadis atau as-Sunnah. Al-Qur’an merupakan sumber dasar syariat Islam yang tidak ada keraguannya. Karena al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, dan menjadi sumber hukum pertama
1. Biografi Imam Maliki Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin al-Haris bin Ghaiman bin Jutsail bin Amr bin al-Haris Dzi Ashbah. Imam Malik dilahirkan dikota Madinah. sedangkan mengenai masalah tahun kelahirannya terdapat perbedaaan riwayat. Al-Yafii dalam kitabnya Thabaqat fuqoha meriwayatkan bahwa Imam Malik
SEKILAS TENTANG BIOGRAFI IMAM MALIK Imam Malik –rahimahullah- dilahirkan –sebagaimana pendapat kebanyakan para ulama- pada tahun 93H. di kota Madinah Munawarah, ia melihat peninggalan pada sahabat dan tabi’in sebagaimana ia juga melihat peninggalan Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan banyak tempat-tempat bersejarah yang mulia. Maka semua itu memberikan dampak positif
Loadingtable of contents Depan. Ciri-Ciri Ulama
Viewbiografi imam al ai 1216143 at sekolah tinggi ekonomi islam tazkia. biografi imam ghazali pdf. Source: belajarbahasa.github.io. Biografi imam al ghazali pdf. Beliau lahir di thus tahun 1058 atau 450 h dan wafat di thus tahun 1111 atau 450 h. Our books collection saves in multiple locations, allowing you to get the most
Di samping itu, al-Mizzi juga mengajar di lembaga pendidikan Dar al-Hadits al-Himshiyah yang dikenal dengan nama Halaqah Shahib Himsha. Dan pada tahun 739 H al-Mizzi menjadi pimpinan lembaga pendidikan Hadits termaju di Damaskus yakni Dar al-Hadits al-Nuriyah, sampai ia wafat. Beliau menjadi ahli hadits selama 50 tahun lebih.
biografiimam al-Ghazali di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan.
Biografi dan Pemikiran Imam Syafi’i – Imām al-Syāfi’i sebagai pendiri mazhab Syafi’i nama lengkapnya Muhammad bin Idris al-Syafi’i al-Quraisyi. Dilahirkan di desa Gazah Palestina pada tahun 150 H / 767 M. Dan ia wafat di Mesir pada tahun 204 H / 819 M. Silsilah ia dengan Nabi Muhammad bertemu pada datuk mereka, Abdul al-Manaf.
PgDtEJB. Sebenarnya banyak sekali mazhab fikih Ahlussunnah wal Jamaah di luar empat mazhab fikih mainstream yang kita kenal hari ini Syafii, Maliki, Hanbali, dan Hanafi,. Di luar empat mazhab tersebut terdapat sejumlah mazhab lain yang pernah tumbuh dan berkembang hingga abad ketiga hingga keempat Hijriyah. Karena satu dan lain hal, mazhab-mazhab fikih sunni di luar empat mazhab ini “mati”. Tidak ada lagi sarjana-sarjana fikih yang meneruskan dan akhirnya tidak lagi menjadi mazhab yang diikuti oleh masyarakat. Salah satu dari mazhab fikih di luar empat mazhab adalah Madzhab Al-Awza’i. Nama Al-Awza’i bagi para pengkaji fikih tentu cukup familiar sebagaimana nama Abu Tsaur, Ishaq ibn Rahawaih, dan lain sebagainya yang namanya kerap disinggung dalam kitab-kitab lengkapnya adalah Abu Amr Abdurrahman bin Amr bin Yuhmid al-Awza’i. Ia lahir di Ba’labak sebuah kota di Libanon pada tahun 88 H/ 707 M. Sejak kecil ia tumbuh sebagai anak yatim dan miskin karena ditinggal ayahnya sejak ia masih balita. Ia tinggal di Ba’labak bersama ibunya yang kemudian ibunya memboyongnya untuk pindah ke kota belajar kepada sejumlah pembesar tabiin generasi setelah sahabat Nabi seperti Atha’ bin Abi Rabah, Qatadah, Al-Zuhri, dan lain sebagainya. Imam Al-Awzai ini dikenal memiliki peringai yang baik dan pengetahuan yang komplit. Murid-muridnya Imam Awza’i cukup banyak. Sebagian besar di antaranya kelak menjadi ulama besar seperti Imam Malik bin Anas pendiri Mazhab Maliki, Sufyan Al-Tsauri, bahkan sekelas tabiin sekalipun seperti Imam Az-Zuhri juga belajar kepadanya lebih tepatnya saling belajar. Belajarnya Imam Az-Zuhri kepada Imam Awza’i ini dalam disiplin ilmu hadis disebut sebagai riwayat al-akabir an ash-shaghair orang yang secara usia lebih tua belajar dan meriwayatkan hadis dari orang yang lebih muda.Meski sedemikian tingginya intelektualitas seorang Imam Awza’i, akan tetapi ia tidak sebagaimana para pendiri mazhab empat mainstream yang banyak ditulis oleh para murid-murid dan pengikutnya. Sosoknya jarang sekali diulas secara khusus oleh para muridnya. Meski demikian, bukan berarti nama beliau tidak diulas dalam buku-buku sejarah para sarjana, sebut saja di antaran dalam karya-karya ensiklopedis seperti Thabaqat-nya Ibn Sa’d, Muruj Adz-Dzahab-nya Al-Mas’udi, Hilyah Al-Awliya’-nya Abu Nu’aim, hingga dalam sejumlah literatur tentang biografi para periwayat hadis seperti al-Bidayah wan-Nihayah, Tadzkirah al-Huffadz, at-Tahdzib dan lain satu upaya yang sangat berharga dalam menelusuri jejak Imam Al-Awza’i adalah apa yang telah dilakukan oleh Syakib Arselan. Ia secara tekun meneliti manuskrip yang tersimpan di Berlin. Manuskrip tersebut, menurut Syakib Arselan, merupakan hasil salinan tangan dari Zainuddin bin Taqiyyudin bin Abdurrahman al-Khatib. Judul manuskrip yang diteliti oleh Syakib Arselan ini berjudul Mahasin Al-Masa’i fi Manaqib al-Imam Abi Amr al-Awzai, sebuah kitab yang ditulis oleh Abul Abbas Ahmad bin Muhammad bin Ahmad Al-Mushili hal ini Syakib Arselan mengatakanSelama dua tahun saya muthalaah’ di sebuah perpustakaan di Berlin, di mana saya menemukan sebuah manuskrip berjudul “Mahasin al-Masa’i, fi Manaqib al-Imam Abi Amr al-Awza’i”. Kitab ini tanpa diberi keterangan siapa penulisnya, hanya saja di bagian akhir manukrip ini tertulis nama penyalin naskahnya, yaitu Zainuddin bin Taqiyyudin Abdurrahman Al-Khathib, di mana juga tercatat titi mangsa penyalinan naskah kitab ini yakni tahun 1048. Keterangan lain tentang penyalinnya juga tidak ditemukan dalam naskah ia melakukan muthalaah sebagian halaman dari kitab ini, memotret isinya, mengumpulkan dan akhirnya menerbitkan karya ini. Mengapa ia melakukan ini? Karena beberapa alasan, di antaranya Ini adalah naskah kitab satu-satunya yang menjelaskan biografi Imam Awza’i, mungkin saja ada kitab lain selain kitab ini, hanya saja saya belum pernah melihatnya. Imam Awza’i adalah ulama generasi pertama dalam jenjang mujtahid, posisinya setara dengan Imam Syafii, Imam Malik, Imam Ahmad, dan Imam Abu Hanifah. Imam Awza’i adalah Imam bagi penduduk Syam -berdasarkan penuturan para sejarawan. Selain di Syam, masyarakat Andalusia juga dulu sempat menganut Madzhab Nadhim dalam al-Fihrisat menyebutkan dua kitab peninggalan Al-Awza’i. Yaitu Kitab As-Sunan fil-Fiqh dan Kitab al-Masail fil-Fiqh. Hanya saja yang sampai kepada kita, menurut Ibn Nadhim, hanya sebagian “al-muqtabasat” yang terdapat pada sumber-sumber yang ditulis demikian, menurut Fuat Sezgin, Ibn Abi Hatim telah berhasil menyelamatkan sejumlah risalah surat yang ditulis oleh Al-Awza’i untuk khalifah dan para wazir-nya. Risalah-risalah yang menggambarkan pandangan fikih Al-Awza’i tersebut di antaranya sebagai berikutRisalah ila Ubaidillah, wazir Khalifah Al-Mahdi fi Mawidzah was-Sual ila Ubaidillah wazir khalifah al-Mahdi fi TanajRisalah ila Isa bin Ali fi Jawabi Man Dafa’a an NafsihiPenggalan Pemikiran Fikih Imam Al-AwzaiBagi para pembelajar fikih yang cukup banyak membaca literatur-literatur besar dan mendalam, maka akan mudah menemukan penjelasan mengapa mazhab fikih dalam kelompok sunni hanya dibatasi empat imam mazhab saja. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yang salah satunya adalah karena kitab-kitab empat imam mazhab ini terkodifikasikan dengan baik. Hal mana yang tidak terjadi dalam Mazhab Imam Awza’i. Bahkan pengikut terbesarnya yang dulu berada di Syam dan Andalusia, konon hanya bisa bertahan sekitar 200 tahun. Setelah itu, masyarakat Syam berpindah menjadi pengikut Mazhab Syafi’i dan di Andalusia memilih Mazhab karena itu, corak pemikiran fikihnya Imam Awza’i pun cukup sulit untuk dicari. Hanya saja, beberapa penggalan pendapatnya mudah untuk ditelisik dari beberapa karya tulis mengenainya. Salah satunya terdapat dalam kitab Mahasin Al-Masa’i fi Manaqib al-Imam Abi Amr al-Awzai yang disunting oleh Syakib satu bab dalam buku tersebut di beri judul fashlun fi dzikr ba’dh ma ikhtarahu al-awza’i fasal sebagian pendapat fikih yang dipilih oleh Imam Al-Awza’i. Dalam bab ini dijelaskan bahwa salah satu pendapat “unik” dari Imam Al-Awza’i adalah ihwal dibolehkannya berwudhu dengan menggunakan “nabidz” alias perasaan anggur. Konon, pendapat ini didasarkan kepada salah satu hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ibn Mas’ud dimana saat itu hendak melakukan salat subuh ia ditanya oleh Nabi, “apakah kamu memiliki wudlu?” Ibn Mas’ud menjawab, “Tidak, tetapi aku memiliki sebuah tempat yang di dalamnya terdapat nabidz”. Lalu Nabi bersabda, “Kurma yang suci, air perasannya bisa menjadi alat untuk bersuci”.Pendapat lain yang cukup berbeda dengan beberapa pendapat madzhab lain seperti Madzhab Imam Syafii adalah mengenai kesucian air baik sedikit maupun banyak meskipun tertimpa najis, dengan catatan air tersebut tidak berubah sebab terkena Auza’i wafat pada hari ahad tanggal 28 bulan Safar tahun 157 H. Jenazahnya disemayamkan di belakang sebuah Masjid di Beirut yang diberi nama Masjid Imam A’lam bish-Shawab
His name is Abdurrahman Ibn Amr Ibn Yahya Al-Auza’i. He was known as Al Auza’i, the name attributed to the area of Al Auza’, one of the region in Damascus. He was born on year 88 H and he passed his childhood as an orphan. But since his early age, he always tried to be a better person. As other scholars, he journeyed to Yamama and Basra to seek for knowledge. Teachers and Students of Al Auza’i He learned hadith from Atha’ Ibn Abi Rabah, Qasim Ibn Makhimarah, Syaddad Ibn Abu Ammar, Rabi’ah Ibn Yazid, Az-Zuhri, Muhammad Ibn Ibrahim At-Taimi, Yahya Ibn Abi Katsir, and several other grand scholars from the tabeen generation. It is said that he also got a chance to learn hadith from Muhammad Ibn Sirin when Muhammad was sick. Whereas among the list of scholars that were his students ; Syu’bah, Ibn Mubarak, Walid Ibn Muslim, Al-Haql Ibn Ziyad, Yahya bin Hamzah, Yahya Al-Qaththan, Muhammad Ibn Yusuf, Al-Faryabi, Abu Al-Mughirah, and several other scholars. Praises for Al Auza’i During his lifetime, Imam Al Auza’i was more busied by activities of enjoining people to goodness and teaching knowledges. Abu Zur’ah said, “His works were writing and creating monograph. His monographs are very touching.” Walid Ibn Mazid said, “I’ve never seen him laugh out loud. When he delivered a lesson about the Hereafter, it was hard to encounter a heart that didn’t cry.” He also said, “I’ve never seen a man who is more diligent in worship than Al Auza’i.” Al Haql said, “Al Auza’i had answered and explained about problems.” Whereas Al Kharibi said, “Al Auza’i was the best man of his time. He deserved to be a caliph.” Bisyr Ibn Mundzir said, “I saw Al Auza’i as if he was a blind man, due to his devotion in worship, -ed.” It is said that he enlivened his night by performing prayer and reciting the Qur’an, crying. Advices of Al Auza’i There are some advices that Al Auza’i ever delivered, including He ever said to Walid Ibn Mazid, “If Allah wants evil for some people, Allah will open the door of argumentation fond of debate’ for them, -ed and Allah will make it hard for them to perform righteous deed.” He also explained about the creed of ahl sunnah, as storied by Muhammad Ibn Katsir Al Mashishi, that he heard Al Auza’i said, “We and the tabeen, all of us, believe that Allah is on His Great Throne, and we believe every information about Allah that is revealed in sunnah.” He advised people to always hold fast to the saying of the Prophet -peace and prayer of Allah be upon him-. As narrated by Amir Ibn Yasaf, that he heard Al Auza’i said, “If you heard a hadith from the Prophet -peace and prayer of Allah be upon him-, don’t take anyone else’s opinion, because he was the messenger of Allah.” He also advised, “No one does an innovation but his cautiousness wara’ will be deprived from him.” From Abu Ishaq Al Fazari, he said that Al Auza’i ever advised people, “There are five things that the companions and the tabeen were holding onto hold fast to the congregation the government, follow the sunnah, prosper the mosque praying diligently in congregation, read the Qur’an, and join the holy war jihad.” Ibn Syabur said that Al Auza’i once advised people, “Whoever tries to find strange opinions that deviated from the scholars’ way, surely he will come out of Islam.” Walid Ibn Mazid told that A Auza’i said, “Woe to those who study the science to issues other than worship and those who try to justify forbidden things by using doubtful opinions, -ed.” He also advised people with a beautiful and quite famous saying, as narrated by Walid Ibn Mazid; he heard that Al Auza’i said, عَلَيكَ بِآثَارِ مَن سَلَفَ وَإِن رَفَضَكَ النّاسُ وَإِيّاكَ ورَأيَ الرِّجَال وَإِن زَخْرَفُوهُ بِالقَولِ فَإِنَّ الأَمرَ يَنجَلِي وَأَنتَ عَلَى طَرِيقٍ مُستَقِيم “Hold fast to the atsar narration of the scholars of predecessors, although people might reject you. Do not follow the thought of men, although they adorned their words. Indeed, all matters will be seen while you are on the straight path.” The death of Al Auza’i He was highly respected by the caliph Al Manshur. The caliph paid close attention to Al Auza’i’s advices, to the extent that he offered him to be a judge, but he refused the offer. At the end of his life, he departed to Beirut and performed the duty of ribath guarding the frontier and he died there. The only inheritance he left were six dinars, and it was what left from the money he spent on charity. May Allah have mercy on Imam Al Auza’i. References ” Tadzkirah Al-Huffazh”, Adz Dzahabi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, serial number 177
Biografi Abu Amru Abdurrahman Al-Auza’i Wafat 157 H Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas tentang biografi Abu Amru Abdurrahman Al-Auza’i. Beliau merupakan slah satu perawi hadits, selain itu beliau juga ahli fiqih. Untuk lebih jelasnya mari kita sima’ biografi beliau. Nama Lengkap Nama sebenarnya adalah Abu amr Abdurahman bin amr Asy Syamy ad Dimasqy. Ia seorang fiqh di Syam di masanya. Dilahirkan pada tahun 88 H. Penduduk Syam dan Maghribi bermadzhabkan beliau sebelum bermadzhab dengan Malik. Beliau seorang Ulama Tabi’it Tabi’in, menerima hadits dari golongan Tabi’in yaitu Atha’ bin Abi Rabah, Qatadah, Nafi’, az Zuhry, Yahya bin Abi Katsir dan yang laiinya. Diantara imam imam yang meriwayatkan hadits dari padanya yaitu Sufyan, Malik, Syu’bah, Ibn Mubarak, dan yang lainnya. Baca juga Biografi Imam Abu Hanifah Para ulama sepakat bahwa al Auza’iy seorang yang tinggi ilmunya dalam bidang hadits dan fiqh. Abdurahman ibn Mahdy berkata,” tidak ada seorang alim tentang sunnah di Syam melainkan al Auza’iy”. Huqal berkata,” al Auza’iy telah menjawab 1000 masalah dari pertanyaaan2 dan para ulama mengakui ketinggian ilmunya”. Para ulama yang semasa dengan beliau mengatakan bahwa beliau adalah seorang imam dalam bidang hadits dan fiqh dan seorang yang berani berterus terang dalam mengemukakan kebenaran kepada para penguasa. Ia wafat pada tahun 157 di Beirut Disalin dari riwayat al Auza’iy dalam Tahdzibul asma karya Karya an-Nawawi no 1 298